Pembukaan Wedangan Lek Man Sarkem Solo Cabang Ke 15 Di Gonilan Sukoharjo.
Pembukaan Wedangan Lek Man Sarkem Solo Cabang Ke 15 Di Gonilan Sukoharjo.
SUKOHARJO-koranjateng.com
Wedangan Lek Man yang merupakan wedangan atau angkringan asli dari Cawas, Klaten dan outlet pusatnya di Pasar Kembang Surakarta, kini hadir membuka cabang lagi yang ke 15 di Soloraya atau tepatnya di lingkungan barat kampus UMS (Universitas Muhammadiyah Surakarta ) Gonilan, Kartasura, Sukoharjo (09/04/2025).
Wedangan atau sebuah resto yang identik dengan gerobak angkringan dan sajian makanan khas Nasi Bandeng, Belut, Teri dan sejenisnya, kemudian juga menyajikan aneka hidangan camilan, gorengan, bakaran serta beragam minuman ini, adalah pengembangan dari angkringan tradisional pikul zaman dahulu.
Wedangan Lek Man adalah salah satu dari beberapa legenda angkringan Cawas, Bayat Klaten. Lek Man sendiri terhitung merupakan cucu dari Trah Keluarga Besar Muji Rahayu yang merupakan salah satu dari pelopor wedangan legendaris dari Bayat, Klaten dan sempat tercatat masuk Museum Rekor Indonesia (MURI).
Pada pertemuan kami malam ini di pembukaan gerai outlet wedangan Lek Man yang ke 15 dirinya bercerita panjang lebar terkait perjuangannya dalam merintis usaha wedangan ini.
Berawal dari gerai pusat di Pasar Kembang Solo hingga kemudian ekspansi menyebarkan franchisenya ke beberapa wilayah Solo Raya hingga sampai ke Jakarta, Bali, Kalimantan dan beberapa pulau di luar Jawa.
“Saya masih terhitung dari cucu dari keluarga besar Muji Rahayu Bayar, mas, yang seperti kita semua tahu memang Wedangan ini awalnya memang dari sana, bertetangga dekat dengan Dukuh Sawit, Desa Ngerangan, asal keluarga besar Karso Djukut Klaten, yang juga merupakan pencetus awal yang mengawali berjualan makanan dan minuman sederhana dengan membawa pikulan, berjualan ke Kota Solo sekitar 1930 hingga 1940-an.” jelasnya
“Merekalah yang mencetuskan racikan jahe dan teh khas angkringan dengan mencampur beberapa merek teh dengan takaran tertentu. Saat ini teh racikan itu malah dikenal dengan teh Solo dengan tagline “nasgitel” atau panas, legi, kentel (panas, manis, pekat/kentel) jadi memang di Bayat itu bermuara dari Desa Ngerangan, Bayat, dan sekitarnya.” paparnya
“Termasuk dari Trah Keluarga Besar Muji Rahayu sekitar tahun 80 an hingga 90 an yang sempat masuk Muri karena saat itu penjualan daging puyuh bisa mencapai 600 ekor sehari.” terang Lek Man.
“Ketika ditanyakan terkait awal mula bisnis ini Lek Man memaparkan
“Dulu awalnya waktu berjualan di pasar kembang itu, memang dirinya sudah akrab dengan para personel Srimulat, bahkan hingga saat ini beberapa artis di circle Srimulat sendiri seperti Mbak Wulan KDI itu masih sering wedangan disini, dan suatu ketika memang mengajak sebanyak 63 influencer dan youtuber buat wedangan bareng disini, setelah itu sepulang dari sini memang masing-masing dari mereka mengakui racikan teh kami memang masuk dengan selera mereka, dan akhirnya masing-masing pesan untuk dikirimi teh racikan saya, sejak dari itulah kemudian, disamping usaha wedangan ini kami juga memproduksi teh racikan dalam kemasan dan bisa dipesan umum, teh inilah yang kemudian juga membawa wedangan kami trus berkembang hingga saat ini, jadi di gerai mana pun juga racikan tehnya adalah dari saya yang kita racik khusus di bayat.” paparnya.
“Alhamdulilah mas, dari usaha ini kita bisa terus berkembang dan saat ini memang ada beberapa penawaran dari jakarta dan pare-pare serta kalimantan untuk pengembangan lebih lanjut franchise disana, tapi karena mengingat ada beberapa outlet baru yang beberapa waktu ini sedang kami persiapkan di Soloraya jadi ya kita pending dulu untuk yang luar Jawa, sebab nanti tanggal 13 April ini juga kami akan buka cabang lagi di Daerah Bekonang, Sukoharjo. Makanya agak sedikit kewalahan untuk sementara waktu, sebab saya sendiri harus bergantian kontrol ke masing masing outlet baru guna pengawasan dan pengembangan dulu agar bisa berjalan lancar.” ujarnya.
“Kalau terkait Biaya franchise sendiri, sebenarnya saya memang tidak mematok harga, namun karena ada salah satu dari yang ingin franchise itu membuka harga 60 juta, ya sudah kemudian yang lain mengikuti, kita sediakan semuanya lengkap termasuk edukasi karyawan dan pembukaan langsung serta penjajakan lokasi selama 2 bulan.”terangnya
Tapi “Biasanya sebelum dua bulan kalau memang tempatnya strategis dalam dua Minggu biasanya sudah jadi berjalan baik, seperti pengalaman waktu buka di Utara UMS kemarin, hari pertama opening aja omset sudah mencapai Rp 3 jutaan, dan seminggu kemudian sudah naik menjadi sekitar 7 hingga 8 juta sehari makanya ga usah menunggu 2 bukan sudah kemudian bisa kami lepas,” jelasnya.
“Tidak ada trik atau promosi khusus sih, kalau saya hanya lawaran biasa aja, pokoknya Bismillah niatnya mau kerja, sudah itu aja dan Alhamdulillah, memang disetiap outlet yang kami buka selalu laris,” pungkasnya.
Terpisah Wawan salah seorang pengunjung yang juga menemani kami berbincang mengatakan “Angkringan ini masih pikulan jaman dahulu, namun memang kemudian mengalami perkembangan hingga masa modern saat ini, dengan menggunakan gerobak dan berjualan secara mangkal. Namun, seiring perkembangan waktu, ada juga sedikit perbedaan penyebutan angkringan. Di Solo tempat makan semacam ini lebih dikenal dengan wedangan atau hik (hik) kepanjangan dari Hidangan Istimewa Kampung.” sahutnya.
“Dan memang kebiasaan dari Wedangan Lek Man ini, kalau buka outlet baru hanya sederhana, dan tidak ada acara khusus, paling hanya mengundang beberapa teman dekat, buat tester kuliner dan merasakan kenyamanan ditempat yang baru, sederhana sekali, kalaupun ada promosi paling hanya lewat Instagram yang memang dikelola masing masing cabang dengan kreativitasnya sendiri, udah itu aja, Namun memang persoalan rasa ini tidak bisa berbohong, harus kita akui memang racikan teh gunastelnya Lek Man ini mantap sekali,” terang Wawan yang juga seorang influencer.
“Satu hal lagi terkait Lek Man ini memang tirakatnya kalau tradisi Jawa itu kuat sekali, dulu saya juga sering bertirakat (Prihatin, berpuasa dan begadang malam di hari-hari tertentu) di bayat itu selalu ketemu dengan Lek Man, namun belakangan memang karena kesibukan bahkan sampai ke luar Jawa kini, jadi jarang ketemu,” pungkasnya.
Begitulah acara pembukaan opening berjalan sederhana dan lancar, tapi memang pengunjungnya membludak, karena nama besar Wedangan Lek Man untuk di Solo Raya memang sudah cukup dikenal.
( Pitut Saputra )