Melihat Persiapan Upacara Manusia Yadnya Di Candi Untoroyono Pedan.
Melihat Persiapan Upacara Manusia Yadnya Di Candi Untoroyono Pedan.
JAWATENGAH,koranjateng.com
Di Pinggiran Kecamatan Pedan, tepatnya di Candi Untoroyono, sore ini ( 30/11/2024 ) disibukkan dengan persiapan Upacara
Manusia Yadnya, yaitu korban suci untuk menyucikan kehidupan manusia, dalam konteks ini adalah kegiatan Potong Gigi ( Pangur ) Massal & Melukat ( Ruwatan ) Massal Di Candi Untoroyono, Desa Kalangan, Pedan Kabupaten Klaten, yang akan berlangsung esok pagi ( 01/12/2024 ) pada jam 07.00 Wib sampai dengan selesai.
Kegiatan ini di inisiasi oleh Yayasan Narendra Nusantara & Yayasan Dharma Sarathi Klaten, I Gusti Gde Hendrata Wisnu Ketua Yayasan penyelenggara kegiatan mengatakan pada wartawan ( 30/11/2024 ) Bahwa " Kegiatan ini merupakan kegiatan rutin dan wajib, dari Pura Untoroyono, sebagai bagian dari pelayanan umat, untuk kegiatan sendiri besok akan di mulai dari jam 7 sampai jam 8 kita akan melakukan registrasi ulang peserta, untuk kemudian dilanjutkan dengan Upacara Manusia Yadnya Potong Gigi ( Pangur ) dan Melukat ( Ruwatan ), kedua kegiatan tersebut adalah kegiatan wajib bagi umat Hindu khususnya yang mendekati akhir balik atau menginjak usia dewasa, dimana menandakan bahwa seorang remaja telah dewasa dan dapat mengendalikan hawa nafsunya, juga memenuhi kewajiban orang tua kepada anaknya untuk menjadi manusia yang sejati, menetralisir sifat-sifat buruk alami, seperti marah, iri dengki, dan nafsu seksualitas, serta mendekatkan diri kepada Tuhan, para dewata, dan leluhur, karena umat Hindu di Jawa ini kan minoritas, dan belum begitu banyak yang familiar dengan kegiatan upacara tersebut, maka di gelar kegiatan ini sebagai sosialisasi serta memberikan pemahaman pada umat sekitar, " paparnya.
Lebih lanjut I Gusti Gde Hendrata Wisnu ( Mantan Ketua PHDI Klaten ) memaparkan " Di Desa Kalangan sendiri ada sekitar 10 Kepala Keluarga Umat Hindu, namun bila di kecamatan Pedan dan Karangndowo jumlah nya lebih banyak, dan setiap kali ada kegiatan seperti ini mereka selalu ikut mengisi dan memeriahkan kegiatan, jadi kita saling mengisi dan membantu bila ada kegiatan, kemudian terkait Upacara Potong Gigi sendiri mengenai biayanya kita sukarela dan tidak menarik biaya tertentu, namun mengingat ini adalah upacara manusia Yadnya jadi memang harus ada yang di berikan, maka biasanya para umat memberikan semacam dana punia sebesar Rp 150.000,- bahkan terkadang lebih, namun pad dasarnya kita tidak mematoknya biaya mengenai hal tersebut di kembalikan pada keikhlasan umat saja, buat tidak membebankan, dana yang terkumpul dari kegiatan ini juga termasuk sebagai dana yang di pergunakan untuk persiapan upacara tersebut, dan menghadirkan pemangku guna memimpin upacara nanti " Paparnya.
Lebih lanjut juga di jelaskan "Manusia Yadnya, kenapa perlu ?
Ini sedikit penjelasan yang di jelaskan oleh bapak I Gusti Gde. Hendrata Wisnu, atau akrab dipanggil pak Wisnu, panitia pelaksana kegiatan.
Upacara Manusia Yadnya sudah di canangkan di Indonesia, sebagai bagian ritual resmi Hindu Indonesia, termasuk didalamnya Upacara Potong Gigi, namun sayangnya umat Hindu di luar Bali masih belum terbiasa dalam melaksanakan upacara daur hidup ini.
Ritual potong gigi dikenal sebagai salah satu kebiasaan leluhur kita dahulu yang menandai peralihan seorang anak manusia dari masa kanak-kanak menuju masa remaja atau dewasa, potong gigi dipercaya sebagai simbol penghilangan sifat-sifat negatif raksasa, atau juga sifat kekanak-kanakan, guna mempersiapkan sang anak untuk menghadapi dunia dewasa dengan kesadaran yang lebih tinggi.
Selain itu, upacara ini juga dianggap sebagai bentuk penghormatan kepada leluhur dan dewa-dewi yang melindungi keluarga, proses potong gigi dipimpin oleh seorang sulinggih Hindu yang memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam melaksanakan upacara keagamaan Hindu.
Kita kita selaku dinamisator umat Hindu di Jawa, setidaknya harus berupaya membiasakan umatnya melakukan upacara daur hidup, termasuk potong gigi (red.pangur istilah Jawa), tentunya dengan cara Desa Kala Patra Upacara & Sesaji Jawa.
Meskipun masih dalam proses pencarian jatidiri upacara dan sesaji Jawa, bukanlah ini berarti final, tapi siapa lagi kalau bukan kita yg memulai pencarian benang merah Hindu Jawa yg " ketlingsut" ber abad abad, semoga umat Hindu Jawa sejahtera, " Pungkasnya.
Ibu Cening Ratnawati istri dari I Gusti Gde Hendrata Wisnu, dalam release kegiatannya mengatakan " Bagi umat maupun peserta yang mau mengikuti Upacara Manusia Yadnya Potong Gigi dan Melukat ini bisa mendaftar melalui petugas kecamatan, dan bagi peserta yang dari luar Klaten yang mau mengikuti kegiatan bisa datang langsung ke Pura Untoroyono atau menghubungi Contact Panitia yang terlampir di pamflet, begitupun keterangan lengkap terkait kegiatan ini bisa menghubungi dirinya. " Saat di temui awak media di sela sela persiapan upacara di Candi Untoroyono Desa Kalangan, Kecamatan Pedan, Klaten.
Besok ( 01/12/2024 ) Upacara akan di pimpin oleh Ida Sulinggih Romo Rsi Hasto Dharmo Telabah, dan pengarah upacara Dewa Ketut Suratnaya, sementara upacara berlangsung dari pukul 07.00 Wib sampai sekitar pukul 11.30 Wib di Aula Balai Pura Candi Untoroyono, Dukuh Nayan Desa Kalangan, Pungkasnya.
Terpisah di temui saat tengah merakit janur Nugroho sebagai sekretaris dari penyungsung atau pengurus Pura Untoroyono juga mengatakan pada wartawan, ini adalah kegiatan rutin dan wajib khusunya bagi Umat Hindu, karenanya dia sangat mengapresiasi adanya kegiatan ini, menurutnya kegiatan kegiatan keagamaan seperti ini selain bersifat religi, juga memiliki sisi edukasi untuk pembelajaran dan pendidikan umat, hal tersebut sangat penting karena kan kita masih awam sekali mas, hingga saat ini pendidikan agama dan pemahaman agama serta para pembimbingnya juga terbatas di Desa ini, untuk itu bila ada kegiatan seperti ini kita kan sedikit banyak jadi tahu apa makna dari kegiatan dan tujuan dibalik penyelenggaraan, ini penting bagi generasi mendatang biar tidak terputus dan ada yang mewariskan, adat serta tradisi leluhur tersebut, cara merakit janur dan makna di balik sesaji serta lain sebagainya kan generasi saat ini belum banyak yang tahu makanya dengan kegiatan ini kita berharap para umat disekitar buat ikut serta terlibat dan membantu, anak anak muda juga, harus banyak belajar biar tidak hilang tradisi kita nantinya, kemudian mengenai kegiatan di Pura Candi Untoroyono sendiri selain Upacara Manusia Yadnya Potong Gigi dan Ruwatan ada juga Odalan yang rutin di gelar di Pura Candi Untoroyono, Dukuh Nayan Desa Kalangan, " Jelasnya.
Nugroho yang sedang belajar merakit janur bersama Mas Toro dari Manisrenggo Klaten juga mengatakan " saya senang bisa belajar merakit janur ini mas, karena pada dasarnya kan saya juga suka merakit tali klaim plastik dirumah buat saya bikin kerajinan fungsional keranjang dan lain lain, jadi memang pada dasarnya hampir mirip juga hanya kalau jamur buat upacara ini memang ada trik dan pakem pakem khusus maka tidak bisa sembarangan, soalnya kan menyangkut juga dengan simbolisme dan pemaknaan dari penggunaaan janur itu sendiri buat upacara ini mas, saya belum begitu mahir mas yang mahir itu istri saya dia juga sudah terbiasa dalam merakit janur tersebut buat upacara, pungkasnya.
Potong Gigi sendiri dalam tradisi Hindu Bali disebut, Metatah berasal dari kata tatah yang dalam bahasa Bali berarti pahat, potong gigi dilakukan dengan mengikir kedua gigi taring dan empat gigi seri rahang atas, kalau di Jawa Tengah Pangur, proses ini harus dilakukan dengan hati-hati, setelah gigi di kikir, peserta metatah diminta untuk mencicipi enam rasa, dari pahit dan asam, pedas, sepat, asin dan manis, setiap rasa ini memiliki makna di dalamnya.
Rasa pahit dan asam adalah simbol agar tabah menghadapi kehidupan yang keras, Rasa pedas sebagai simbol tentang kemarahan, senantiasa sabar apabila mengalami hal yang menimbulkan emosi kemarahan, Rasa sepat sebagai simbol agar taat pada peraturan atau norma-norma yang berlaku, Rasa asin menandakan kebijaksanaan sedangkan rasa manis sebagai penanda kehidupan yang bahagia.
Biasanya upacara potong gigi ini di laksanakan pada pagi hari, seperti halnya di candi untoroyono ini, setelah matahari terbit baru dimulai, namun ada pula beberapa daerah di Bali melaksanakannya pada subuh sebelum matahari terbit, kemudian mengenai pakaian dalam potong gigi biasanya berwarna putih dan kuning, serta untuk para peserta sehari sebelum upacara di lakukan biasanya ada upacara mekekeb atau mepingit bagi yang akan melakukan potong gigi, mereka dilarang untuk keluar rumah, dalam tradisi Hindu di Bali, namun tentunya lain daerah pastinya ada akulturasi budaya dan ada penyesuaian penyesuaian dengan adat serta tradisi di Jawa tengah, untuk itu dalam pelaksanaan Upacara potong gigi di Jawa Tengah sendiri, tentunya tetap berpegang pada pakem asalnya, namun memang ada beberapa penyesuaian penyesuaian jelas Ibu Cening Ratnawati.
( Pitut Saputra )