Menuju transmigrasi ke pekan baru Riau Part 2
Akhirnya kami sekeluarga dan rombongan berangkat menuju pekan baru Riau, dari Jawa kami ke Jakarta dulu di penampungan transmigrasi jakarta dan saat itu se ingat saya mereka semua yang ikut transmigrasi di tempat itu mereka ada bimbingan dan arahan
Di tempat itu se ingat saya ada kurang lebih satu minggu, setelah merasa cukup pihak pemerintah memberikan bimbingan lalu kami di berangkat kan menuju pelabuhan,
kami berangkat transmigrasi melalui jalan laut naik kapal perang, entah say sudah tidak ingat lagi berapa hari di lautan..
Setelah sampai pelabuhan pekan baru Riau kami naik bis menuju ke tujuan dengan jalan darat yang penuh variasi,
kadang bergelombang kadang mulus bahkan salah satu bis kami ada yang terpuruk
Dengan perjalanan yang sangat melelahkan akhirnya kami sampai tujuan kota lama atau kunto darusalam kabupaten Rokan hulu saat ini.
Namun sayang sangat di sayangkan sampai tujuan tempat kami atau lokasi kami belum siap di persiapkan,,
akhirnya kami beberapa rombongan berpisah dan berpencar tapi tetap dengan arahan dari pihak pemerintah
Grup kami akhirnya sementara waktu di tempat kan di transmigrasi SKPB yang konon katanya bekas penampungan transmigrasi umum juga.
kalau kami adalah transmigrasi pir atau Transpir,transmigrasi kelapa sawit
Sesampainya di tempat penempatan sementara, kami ambil undian rumah, setelah semua sudah mengambil undian akhirnya kami pergi masing masing ke lokasi untuk mencari tempat tinggal kami dengan sesuai nomor undian yang kami ambil
Bukan main seramnya dari kota ke hutan belantara mencari rumah yang tertutup semak belukar lalang dan anak kayu, yang tinggi tinggi, bahkan rumah aja hanya terlihat atapnya, ya seperti hutan muda
Karena semua itu sudah di niati dan berdoa untuk merubah nasib kami semua tetap semangat dan tidak putus asa
Saat itu kami dalam mencari rumah memberi tanda pada yang lain hanya menggunakan cocot nada karena memang pada saat itu kami sama sekali tidak mempunyai peralatan apa pun
Dengan teriak kami saling sahut menyahut..
Hari demi hari bulan demi bulan kita lalui kami sudah terbiasa, walau desa atau kampung kami di kelilingi hutan kami sudah tidak takut lgi
Ya walau terkadang sering datang suara binatang buas auman harimau dan lainnya kami sudah tidak kaget lagi
Di tempat inilah kami mulai bertani dan bekerja, kami bertani menanam apa saja
Karena selama kami di tempat ini kami masih di beri jatah sembilan bahan pokok untuk makan kami
Di tempat inilah kami banyak mengenang suka duka kehidupan
Terkadang baju atau celana kita tukar dengan pedagang keliling yang menggunakan sepeda dayung dengn lauk yang kita ingin kan atau baju kita tukar garam dan bisa kita tukar dengan ubi kayu
Saat itu kami serba salah dan bingung karena pada saat itu fasilitas pendidikan, kesehatan, ibadah itu belum ada,
Apa lagi transportasi kami belum ada, jika kita ambil jatah sembako dari pemerintah kita wajib jalan kaki kurang lebih 8 kilo
Tp bagi yang sudah punya sepeda ya naik sepeda
Jangan ambil sembako kerja saja kami jalan kaki dengan jarak tempuh naik turun bukit nerobos hutan lindung dengan tujuan cari jalan pintas supaya cepat sampai tujuan
Dalam hal pendidikan saat itu kami sekolah mencari rumah kosong yang belum ada orangnya
Sementara rumah kosong itu kami gunakan belajar, guru kami yang mau berkorban dan berjuang demi pendidikan kami yaitu pak bambang es dan pak waslim
Semua saat baru tiba memang serba terbatas namun semua itu sudah mengajarkan kita hidup mandiri... Dan tau arti kehidupan
Hari demi hari bulan, bahkan tahun kami lalui entah berapa lama kami berada di SKPB
Di tempat ini juga saya memiliki seorang adek perempuan yang di beri nama susri intan sari
Jadi genap saya dalah 6 Bersaudara
Banyak kenangan manis bahkan pahit sekali kami alami pernah kami makan nasi bersama hanya berlaukan bawang merah. Itu aja sudah terasa nikmat sekali
Saya tamat sekolah dasar di SKPB
akhirnya setelah semua tempat yang benar benar milik kita sudah selesai di bangun pemerintah
Kami pindah dari SKPB ke desa tanah abang
Bersambung
Penulis : Sudarno